Artikel
Yuk kenalan dengan Spesialisasi di bidang Kedokteran Gigi!
Oleh Drg. Diajeng Ayuningtyas Dewi, spKGA
—-
Pernah ga sih saat kita berobat ke dokter gigi, lalu kita dirujuk ke dokter gigi lain yang lebih ahli?
“Perawatan saraf giginya akan dilanjutkan oleh Konservasi ya .. ”
”Kondisi gigi berjejal yang kompleks seperti ini sebaiknya ditangani oleh Ortodontis..”
Istilah Konservasi, Ortodontis, Pedodontis merupakan sebutan lain dari gelar dokter gigi yang mendalami spesialisasi / keahlian tertentu. Seperti halnya pada kedokteran umum yang memiliki dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam dll, bidang kedokteran gigi juga memiliki dokter gigi spesialis yang dapat merawat kasus gigi geligi yang lebih kompleks sesuai keilmuan dan keahlian yang berbeda-beda. Mari kita lebih mengenal macam-macam dokter gigi spesialis, yang meliputi:
1. Spesialis Kedokteran Gigi Anak (SpKGA)
Dokter gigi anak / pedodontis mengkhususkan diri dalam memberikan perawatan gigi pada bayi, anak-anak, maupun remaja. Lingkup keahlian dokter gigi anak tidak hanya terpaku pada kondisi gigi susu yang dimiliki anak, namun melingkupi kondisi gigi permanen muda, tumbuh kembang rahang, dan proses pembentukan gigi geligi. Dokter gigi anak juga mempelajari psikologis anak sehingga dapat menciptakan pengalaman perawatan gigi yang menyenangkan dan nyaman untuk anak-anak. Selain itu, para dokter gigi anak juga berpengalaman dalam memberikan perawatan terbaik bagi anak yang memiliki kebutuhan khusus.
2. Spesialis Konservasi Gigi (SpKG)
Gigi berlubang besar yang telah mencapai saraf gigi seringkali menimbulkan rasa sakit yang luarbiasa. Kondisi ini memerlukan perawatan saraf gigi guna menghindari pencabutan dan mempertahankan gigi tersebut di dalam rongga mulut. Dokter gigi dengan keahlian menangani perawatan saraf gigi kompleks sering disebut dokter gigi konservasi atau endodontis. Selain itu, dokter gigi spesialis konservasi juga menangani perawatan seperti penambalan gigi, pemutihan gigi, veneer gigi, dan lain-lain.
3. Spesialis Ortodonti (SpOrt)
Ortodontis mungkin merupakan spesialis kedokteran gigi yang paling banyak diketahui masyarakat luas. Dokter gigi spesialis ortodonti menguasai berbagai pengetahuan dalam merapikan gigi geligi yang berjejal serta permasalahan kondisi perkembangan rahang dengan menggunakan behel / kawat gigi / alat ortodontik cekat maupun lepasan. Dengan merapikan gigi dan menyelaraskan rahang, ortodontis tidak hanya memperbaiki penampilan pasien, namun juga dapat meningkatkan fungsi pengunyahan dan kesehatan rongga mulut secara keseluruhan.
4. Spesialis Penyakit Mulut (SpPM)
Dokter spesialis penyakit mulut berperan penting dalam deteksi dini penyakit di rongga mulut baik yang disebabkan oleh virus / bakteri / jamur, kondisi penyerta dari penyakit sistemik, kanker mulut, dan lain sebagainya. Mereka menganalisis kondisi lesi/luka di rongga mulut, melakukan biopsi, serta memeriksa sampel jaringan guna menegakkan diagnosis. Salah satu kondisi yang sering disepelekan oleh sebagian besar masyarakat adalah sariawan. Padahal, dengan menganalisis gejala penyerta, lokasi, bentuk luka/sariawan itu seorang dokter gigi spesialis penyakit mulut seringkali menjadi yang pertama mencurigai adanya kondisi penyakit yang lebih serius di dalam tubuh seseorang.
5. Spesialis Prostodonsia (SpProst)
Gigi permanen yang sudah rusak dan tidak dapat dipertahankan harus dicabut agar tidak menjadi sumber infeksi. Gigi yang telah dicabut (ompong) akan mengganggu dalam proses mengunyah makanan serta penampilan seseorang. Dokter gigi yang ahli dalam pembuatan gigi palsu inilah yang dikenal dengan sebutan prostodontis. Berdasarkan kondisi gigi yang hilang atau sisa gigi yang tersisa di rongga mulut, prostodontis dapat merencanakan perawatan berupa pemasangan gigi tiruan lepasan, gigi tiruan cekat (crown, bridge), atau pemasangan implant gigi. Selain gigi palsu, prostodontis juga ahli dalam perawatan kelainan sendi rahang yang sering ditandai dengan rasa nyeri dan bunyi “klik” ketika membuka dan menutup rahang.
6. Spesialis Periodonsia (SpPerio)
Gigi yang sehat harus ditopang oleh jaringan pendukung gigi yang meliputi gusi, tulang, dan jaringan ikat periodontal. Hal ini merupakan keahlian spesifik yang dikuasai oleh para dokter gigi spesialis periodonsia atau lazim disebut periodontis. Penyakit pada gusi dan jaringan pendukung lainnya yang tidak ditangani secara tepat dapat menyebabkan gangguan berupa rasa nyeri, gusi berdarah, gusi bengkak, kerusakan tulang periodontal, kegoyangan gigi, dan dapat berujung pada tanggalnya gigi geligi. Dengan berdiskusi dengan periodontis, pasien dapat memperoleh perawatan jaringan pendukung secara menyeluruh yang terdiri dari scaling (pembersihan karang gigi), root planing, bone graft, splinting, crown lengthening, dan lain sebagainya. Selain itu, periodontis juga dapat melakukan pemasangan implan gigi untuk membantu meningkatkan fungsi pengunyahan.
7. Spesialis Radiologi Kedokteran Gigi (SpRKG)
Dokter gigi dengan gelar ini sangat ahli dalam menganalisis hasil pemeriksaan radiologi. Untuk mengevaluasi kondisi gigi dan rongga mulut, dokter spesialis radiologi kedokteran gigi menggunakan berbagai teknik pencitraan seperti sinar-X, MRI, CBCT, dan CT Scan sesuai kondisi yang akan diperiksa. Keahlian dalam menginterpretasi atau membaca hasil ronsen ini sangat krusial dalam penegakkan diagnosis yang akurat dan penyusunan rencana perawatan yang adekuat.
8. Spesialis Bedah Mulut (SpBM)
Pencabutan gigi bungsu (odontektomi), pencabutan gigi dengan komplikasi, pemasangan implant, operasi celah bibir, operasi rahang adalah beberapa keahlian yang sangat dikuasai oleh para dokter gigi spesialis bedah mulut. Spesialis ini juga mempunyai pengetahuan yang luas tentang anatomi rahang, tulang, dan jaringan sekitar rongga mulut. Selain itu, mereka juga mendalami pengetahun mengenai komplikasi penyakit sistemik dan konsumsi obat-obatan yang mempengaruhi kondisi penyakit di rongga mulut serta penanganannya.
Nah, sekarang kita sudah sama-sama mengetahui macam spesialisasi di kedokteran gigi. Walaupun memiliki keahlian yang berbeda, dokter gigi spesialis umumnya saling bekerjasama dalam menegakkan diagnosis, menyusun rencana perawatan, serta memberikan pelayanan perawatan gigi yang terbaik demi kesembuhan dan kesehatan para pasiennya.
Pengetahun mengenai spesialisasi kedokteran gigi ini cukup penting agar saat kita membutuhkan perawatan pada gigi dan rongga mulut, kita dapat mencari referensi dokter gigi dengan keahlian khusus apa yang kita butuhkan. Selain itu, kita juga dapat mencari tahu lokasi para dokter gigi spesialis itu berpraktik seperti di fasilitas kesehatan, rumah sakit, atau di klinik gigi spesialistik yang sudah tersebar di berbagai lokasi.
“Shark Teeth” – saat gigi tetap sudah tumbuh namun gigi susu masih belum copot, harus apa?
Drg. Diajeng Ayuningtyas Dewi Pardede, spKGA
“Gigi anak saya ada yang tumbuh tapi gigi susunya masih ada, dok”
“Dok, gigi anak saya tumbuhnya bertumpuk. Gigi permanennya tumbuh di belakang gigi susu, kenapa ya dok?”
Pertanyaan – pertanyaan tersebut sering ditanyakan para orangtua kepada dokter gigi saat anak mereka menginjak usia pergantian gigi.
Umumnya, gigi susu akan lepas sendiri sesuai urutan erupsi gigi permanen, yaitu usia 6-8 tahun untuk gigi seri, dan sekitar usia 9-12 tahun untuk gigi taring dan gigi geraham. Namun, ada kalanya gigi susu tersebut tetap bertahan di rongga mulut padahal gigi permanen penggantinya sudah keluar menembus gusi. Kondisi ini disebut sebagai persistensi gigi susu. Beberapa kalangan juga menyebut kondisi ini sebagai shark teeth karena gigi tampak bertumpuk menjadi dua baris, seolah-olah seperti gigi geligi ikan hiu.
Gb 1. Shark teeth
(sumber: Shark Teeth in Kids: When to Take Your Child to the Dentist (mywellnesshouse.com))
Shark teeth merupakan keadaan yang cukup sering terjadi pada anak yang sedang mengalami masa transisi pergantian gigi, dari gigi susu menuju gigi permanen. Lokasi yang paling sering terjadi yaitu di gigi insisif / gigi seri rahang bawah, diikuti gigi seri atas dan gigi geraham.
Penyebab persistensi gigi diantaranya perubahan posisi benih gigi permanen akibat trauma / terbentur pada gigi susu, adanya infeksi pada gigi susu terkait karies, rahang yang sempit, dan beberapa faktor lain.
Haruskah saya khawatir?
Orangtua sering kali menyadari keberadaan persistensi gigi susu ini saat sedang memeriksa atau membantu anak sikat gigi. Persistensi gigi susu sendiri merupakan kondisi yang tidak berbahaya sehingga para orangtua tidak perlu khawatir berlebihan.
Akan tetapi, persistensi gigi susu (shark teeth) yang dibiarkan terlalu lama dapat menimbulkan beberapa masalah, seperti:
- Gigi tumbuh berantakan / berjejal – gigi yang bertumpuk atau tumpang tindih akan lebih sulit untuk dibersihkan secara efektif sehingga meningkatkan risiko karies dan masalah lain di rongga mulut. Selain itu, persistensi gigi dapat meningkatkan risiko crossbite (gigitan silang) yaitu posisi gigi atas saat menggigit berada di belakang gigi geligi rahang bawah.
- Nyeri atau ketidaknyaman – shark teeth yang tumbuh terlalu menekan gusi atau gigi lain di sekitarnya akan menimbukan rasa sakit atau rasa tidak nyaman pada anak, terutama saat anak mengunyah makanan.
- Ketidakpercayaan diri pada anak
Perawatan Persistensi gigi susu
- Pencabutan gigi
Apabila gigi susu yang mengalami persistensi sudah sangat goyang, gigi tersebut masih bisa diharapkan untuk terlepas dengan sendirinya. Akan tetapi, gigi yang persistensi sering kali masih kokoh dan kuat sehingga dokter gigi akan merekomendasikan untuk mencabut gigi tersebut, agar gigi permanen penggantinya bisa tumbuh dengan baik.
- Perawatan ortodontik / behel
Perawatan ortodontik mungkin diperlukan pada kasus gigi bertumpuk yang lebih berat seperti kasus crossbite / gigitan silang pada gigi. Perawatan ini dapat mencakup pemasangan behel atau alat bantu lain untuk menuntun gigi permanen tumbuh ke posisi idealnya.
Shark teeth / persistensi gigi sulung merupakan proses yang kerap terjadi saat periode gigi bercampur anak, namun sangat penting untuk terus memonitor masa transisi gigi susu menjadi gigi permanen ini. Jadi, tidak ada salahnya untuk segera memeriksakan kondisi gigi anak terkasih ke dokter gigi yang Anda percayai.